Badan Energi Internasional ( IEA ) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa emisi karbon China akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 sebelum jatuh ke nol bersih pada tahun 2060. Namun, badan yang berbasis di Paris percaya bahwa Beijing dapat menerapkan langkah-langkah untuk menempatkan CO 2 emisi akan mencapai puncaknya pada pertengahan 2020-an dan mencapai netralitas karbon sebelum tahun 2060. Dalam skenario dasar laporan, tenaga surya diperkirakan akan menjadi sumber energi utama China sekitar tahun 2045. Sebaliknya, permintaan akan batu bara, minyak mentah, dan sumber daya alam gas diproyeksikan turun masing-masing sebesar 80%, 60%, dan 45% pada tahun 2060 dibandingkan tahun 2020.
Namun, IEA mengatakan bahwa China dapat mempercepat laju dekarbonisasinya melalui skema perdagangan emisi ( ETS ), reformasi pasar tenaga listrik, penghentian penggunaan batu bara yang lebih cepat, penerapan teknologi rendah karbon yang dipercepat, dan peningkatan efisiensi yang lebih cepat. Dalam skenario laporan yang dipercepat, CO 2 emisi dari sektor energi, yang menyumbang 90% dari total emisi China, diperkirakan akan turun 20% pada tahun 2030. Pangsa bahan bakar non-fosil dalam bauran energi utama China meningkat dari 15% pada tahun 2020 menjadi 26% pada tahun 2030, dibandingkan dengan 23% dalam skenario dasar. Sementara itu, pangsa batubara dalam pembangkit listrik akan menyusut dari 63% pada tahun 2020 menjadi 38% pada tahun 2030, dibandingkan dengan 47% pada skenario baseline.