Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Selasa bahwa kekurangan energi dan pembatasan produksi industri yang mendalam memberikan tekanan penurunan yang signifikan pada ekonomi China. Akibatnya, bank investasi menurunkan GDP perkiraan pertumbuhan untuk tahun 2021 dari 8,2% menjadi 7,8%. Kontrol lingkungan yang ketat di China, serta kendala pasokan energi dan harga yang melonjak, telah mengakibatkan krisis pasokan listrik, yang memaksa pabrik untuk memangkas atau menangguhkan operasi.
Goldman memperkirakan bahwa krisis listrik telah mempengaruhi 44% aktivitas industri China. Dalam laporan terpisah, Morgan Stanley melaporkan bahwa 7% dari kapasitas produksi aluminium dan 29% dari produksi semen di China terkena dampak kebijakan tersebut. Pengguna perumahan, terutama di timur laut China, juga telah terpengaruh, dengan pihak berwenang memerintahkan mereka untuk membatasi penggunaan gelombang mikro dan pemanas air untuk menghemat daya.
Krisis listrik datang sebagai tekanan tambahan pada ekonomi China setelah kekhawatiran seputar masa depan raksasa properti China, Evergrande. Peramal lain juga telah menurunkan prospek pertumbuhan negara. Nomura memotong Cina GDP perkiraan pertumbuhan dari 5,1% menjadi 4,7% untuk kuartal ketiga 2021 dan dari 4,4% menjadi 3,0% untuk kuartal keempat. Perkiraan setahun penuh Nomura tahun 2021 diturunkan dari 8,2% menjadi 7,7%.