- Penawaran untuk pengiriman bulan April dari para produsen PVC Indonesia turun sebesar $50/ton
- Para produsen Indonesia menurunkan tingkat produksi di tengah permintaan yang lambat
- Para konverter berencana untuk menghentikan kegiatan produksi hingga awal bulan Juni
Pada awal pekan 6 April, SSESSMENTS.COM mencatat bahwa penawaran untuk pengiriman bulan April untuk PVC berbasis ethylene dari beberapa produsen di Indonesia muncul dengan pengurangan sebanyak $50/ton dibandingkan dengan bulan Maret. Beberapa kesepakatan harga dicapai pada $870 dalam tunai, basis FD Indonesia, dan belum termasuk PPN 10%, ekuivalen dengan Rp13.050.000/ton karena penawaran dari pemasok dalam nilai tukar mata uang khusus pada Rp15.000 per USD. Untuk memikat minat para pembeli, beberapa pemasok bahkan bersedia memberikan nilai tukar di bawah Rp15.000. Namun, beberapa pembeli masih tidak tertarik untuk melakukan pengadaan karena persediaan yang cukup. Pada awal pekan 20 April, salah satu produsen lokal memutuskan untuk menyesuaikan turun kembali penawaran mereka sebesar $20/ton pada batas bawah kisaran harga dibandingkan dengan penawaran pada awal bulan April.
Dari pasar impor, data SSESSMENTS.COM menunjukkan bahwa tidak ada penawaran terbaru yang tercatat di negara itu selama pertengahan pertama bulan tersebut karena sebagian besar pemain pasar masih menunggu penawaran untuk pengiriman bulan Mei dari produsen utama PVC Taiwan pada saat itu. Setelah produsen utama PVC Taiwan mengumumkan penawaran untuk pengiriman bulan Mei mereka dengan penurunan sebesar $160/ton, beberapa pemain pasar berkomentar bahwa level seperti itu cukup menarik. Namun, mengingat situasi pandemi, para pembeli tidak dapat menerima harga tersebut. Pada akhir bulan April, beberapa pembeli melaporkan membatalkan pesanan untuk kargo PVC berbasis acetylene asal Cina yang baru saja tiba di pelabuhan karena penawaran pada saat itu jauh lebih rendah.
Seperti yang dilaporkan kepada SSESSMENTS.COM, permintaan PVC selama bulan April menurun secara signifikan karena pembatasan sosial berskala besar diberlakukan pada beberapa kota besar di negara ini. Standard Toyo Polymer Indonesia menyebutkan bahwa permintaan di pihak mereka menurun sekitar 50% dibandingkan dengan bulan lalu. Untuk mengimbangi permintaan, produsen tersebut memutuskan untuk menurunkan tingkat operasi di pabrik PVC yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 82.000 ton/tahun sebesar 20% dari kapasitas normal. Demikian pula, Sulfindo Indonesia dilaporkan memangkas tingkat produksi karena permintaan yang lambat. Namun, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai tingkat operasi terbaru. Beberapa konverter juga beroperasi di bawah 50% dari tingkat normal, bahkan beberapa konverter yang lain telah menutup pabrik mereka. Selain itu, produsen utama PVC Indonesia sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan kargo ke Cina karena permintaan yang lesu di pasar domestik serta negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Dalam waktu dekat, sebagian besar pelaku pasar yang dihubungi oleh SSESSMENTS.COM percaya bahwa pasar PVC Indonesia tidak diragukan lagi akan masih tetap sepi. Dikutip bahwa beberapa para perusahaan memutuskan untuk menghentikan kegiatan produksi mereka mulai dari tanggal 21 Mei untuk Hari Kenaikan (Yesus Kristus) diikuti oleh perayaan Idul Fitri pada tanggal 24-25 Mei meskipun cuti bersama telah dipindahkan ke akhir tahun. Demikian juga, sebagian besar konverter memutuskan untuk menghentikan aktivitas produksi hingga awal bulan Juni karena lemahnya permintaan. Selain itu, karena tidak ada kejelasan tentang peraturan di sektor logistik, para pelaku pasar PVC Indonesia berpendapat bahwa lebih baik menunggu di pinggir.