Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh SSESSMENTS.COM, harga ethylene turun di bawah level $400/ton di Asia karena persediaan yang melampaui permintaan di wilayah ini. Pada awal bulan Januari, harga ethylene dalam basis CFR Asia Tenggara mendekati $700/ton dan mencapai batas tertinggi pada harga $804/ton pada tanggal 5 Februari. Namun, pada hari Rabu sore, 16 April, harga ethylene turun menjadi $383-389/ton dalam basis CFR Asia Tenggara.
Tren serupa juga terjadi di Asia Timur Laut meskipun perkembangan harga memberikan gambaran yang sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan pergerakan harga dalam basis CFR Asia Tenggara. Menurut database harga SSESSMENTS.COM, harga ethylene pada bulan Januari berada diatas $700/ton dengan harga tertingginya di level $840/ton pada akhir bulan tersebut. Pada tanggal 15 April, harga turun di level antara $428-434/ton dalam basis CFR Asia Timur. Meskipun harga pasar di Asia Timur Laut berada di atas ambang batas $400/ton, pembicaraan pasar menyatakan bahwa kesepakatan harga dicapai pada level $400-430/ton pada awal pekan yang dimulai pada tanggal 13 April dan menjelang pertengahan pekan, kesepakatan yang dilaporkan berada pada harga $385/ton, semua dalam basis CFR Cina
SSESSMENTS.COM mencatat beberapa faktor yang mendorong turunnya harga ethylene. Pada tanggal 15 April, minyak mentah Brent turun ke tingkat terendah dalam sejarah 18 tahun di tingkat $19,87/barel sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun pada harga $27,69/barel. Perjanjian global untuk memangkas produksi minyak pada awal pekan ini tidak mempengaruhi harga secara positif karena tempat penyimpanan minyak terus terisi, dengan catatan kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat sebesar 19 juta barel pekan lalu yang merupakan yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Pada saat yang sama, permintaan masih stagnan dengan Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan minyak dunia akan mengalami penurunan terbesar yang pernah ada. Pada tahun 2020, perkiraan penurunan permintaan adalah 9,3 juta barel per hari. Sejak awal tahun, harga minyak mentah telah turun lebih dari 60%. ConocoPhillips, perusahaan minyak independen Amerika Serikat terbesar dan produsen serpih utama di Texas mengumumkan pada hari Kamis (16 April) akan memangkas pengeluaran yang direncanakan sebesar 35%, memotong produksi minyak dan menunda program pembelian kembali sahamnya untuk mengatasi jatuhnya harga minyak mentah. Perusahaan ini memangkas produksi minyak Amerika Serikat sebesar 30%, terbesar sejauh ini.
Di Tengah situasi yang memburuk, semakin banyak perusahaan minyak/kimia mulai mengurangi batas anggaran mereka sebagai tanggapan terhadap harga komoditas yang rendah dan permintaan yang menurun. Saudi-Aramco yang pada akhir tahun 2019 mencatat terobosan dengan mengeluarkan saham senilai $25,6 miliar di pasar saham Arab Saudi (Tadawul) yang tidak dapat diproduksi secara normal setelah adanya guncangan yang disebabkan oleh insiden terkait dengan konflik antara Iran dan Amerika Serikat, diikuti oleh pandemi Coronavirus. Aramco akan memangkas batas anggaran dari $35-40 miliar menjadi $25-30 miliar. Tindakan dari salah satu perusahaan minyak terbesar itu kemudian ditiru oleh perusahaan lain seperti ExxonMobil (memotong hingga 30% dari capex menjadi $23 miliar), Shell (menghemat hingga $20 miliar dari pengeluaran $25 miliar yang direncanakan), dan Total (menetapkan pengeluaran di bawah $15 miliar untuk menghemat lebih dari $3 miliar).
Permintaan secara pasti akan sulit untuk membaik karena Coronavirus terus merusak perekonomian dunia. Kasus COVID-19 mencapai 2 juta pada tanggal 16 April dan terus meningkat sementara praktik pembatasan sosial menyebabkan hampir setengah dari populasi dunia berada di bawah lockdown. International Monetary Fund (IMF) dengan Bank Dunia telah menghitung skenario di mana ekonomi dunia akan turun 3% jika pemulihan dapat terjadi mulai pertengahan kedua tahun ini. Jika keadaan tidak membaik sampai akhir tahun, penyusutan ekonomi dapat mencapai 6-8% yang akan menjadi beban ketika pemulihan terjadi pada tahun 2021.
Organisasi Perdagangan Dunia juga mengatakan bahwa perdagangan global akan menyusut antara 13-32% tahun ini. SSESSMENTS.COM pada awal bulan Maret melaporkan bahwa ekspor ethylene di kawasan Asia terus menurun karena permintaan untuk turunan ethylene yang melemah setelah industri hilir polyethylene (PE) dan polyvinyl chloride (PVC) mengurangi produksinya sebagai akibat dari permintaan resin yang lambat dan produk akhir. Para pembeli tidak tertarik mengisi ulang persediaan karena prospek menunjukkan bahwa harga masih bisa turun. Sentimen ini didukung oleh masuknya pasokan dari cracker-cracker regional ditambah kedatangan produk ethylene dari kargo jarak jauh.
Klik link dibawah ini untuk melihat berita dan konten terkait Ethylene :
NewsSSESSMENTS: Update Mengenai Maintance Cracker di Asia Tenggara
NewsSSESSMENTS: Ethylene Prices Plunged By More Than A Hundred In A Month
NewsSSESSMENTS: Harga Spot Sthylene USGC Mencapai Rekor Terendah yang Baru
AlwaysFree: China To Raise Export Tax Rebate On Ethylene, Propylene, Other Products
AlwaysFree: IMF: Asia 2020 Growth To Ground To Halt For 1st Time In 6 Decades Due To Coronavirus
AlwaysFree: IMF: "The Great Lockdown" Will Be Worse Than 2008 Financial Crisis
AlwaysFree: IMF: MENAP Countries To Lose $230 Billion In Oil Revenue
IMF: Malaysia GDP to Contract in 2020, Soar in 2021
AlwaysFree: IMF: Europe And Latin America To Lead 2020 Emerging Economies' Downturn
AlwaysFree: IMF: Debt Levels to Soar in 2020
AlwaysFree: IMF: Global Economy Faces Sharp Decline This Year
AlwaysFree: IMF Expects Recession In 2020 Due To Coronavirus Pandemic