Produsen petrokimia Korea Selatan, Lotte Chemical, memperkirakan adanya kenaikan permintaan petrokimia secara bertahap dan biaya bahan baku yang rendah akan mendukung keuntungan dari olefin dan aromatik pada kuartal kedua. Menurut perusahaan tersebut, keuntungan akan meningkat pada kuartal bulan April-Juni ketika pihaknya menggunakan naphtha yang dibeli dengan harga murah yang disebabkan oleh jatuhnya harga minyak di tengah pandemi coronavirus.
Selain itu, produsen tersebut melihat bahwa permintaan dari Cina dan negara-negara Asia Timur Laut lainnya akan mulai meningkat secara bertahap. Namun, pihaknya memproyeksikan permintaan akan masih tetap lemah di berbagai belahan dunia. Lotte mengatakan bahwa permintaan aromatik di Cina akan meningkat karena adanya kenaikan musiman, tetapi kelebihan pasokan memungkinkan akan mengurangi profitabilitasnya.
Sumber pasar mengatakan kepada SSESSMENTS.COM bahwa produsen tersebut akan menutup unit purified terephthalic acid (PTA) yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 500.000 ton/tahun di Pakistan selama 20 hari pada kuartal kedua karena adanya langkah-langkah penahanan penyebaran virus di negara tersebut. Perusahaan itu juga mengalami gangguan produksi pada bulan Maret setelah terjadi ledakan pada cracker ethylene yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 1,1 juta ton/tahun di Daesan, yang mana masih tetap belum beroperasi sampai sekarang.
Seperti yang dicatat oleh SSESSMENTS.COM, produksi butadiene, benzene toluene xylene (BTX) dan styrene monomer dari Lotte Chemical di Daesan masih tetap diberhentikan. Produsen tersebut berhasil memulai kembali aktivitas produksi pada pabrik polypropylene di Daesan pada pertengahan bulan Maret, sementara pabrik polyethylene, ethylene glycol dan ethylene oxide mulai kembali telah beroperasi pekan lalu.
Lotte Chemical dilaporkan mengalami kerugian sebanyak KRW90 miliar ($74 juta) pada kuartal pertama, setelah tercatat mendapat laba sebanyak KRW224 miliar pada kuartal yang sama pada tahun lalu. Perusahaan tersebut menghubungkan kerugian tersebut dengan kerugian persediaan karena harga minyak yang lebih rendah dan permintaan yang lemah yang disebabkan oleh pandemi coronavirus.