Pasar PE Asia Tenggara Menunjukkan Pergerakan Serupa
- Penawaran PE lokal bergerak ke dalam tren yang serupa
- Tidak ada peningkatan signifikan yang tercatat dalam hal permintaan
- Harga PE diperkirakan akan terus meningkat, namun mungkin akan menerima tanggapan dingin
Sumber-sumber pasar memberitahu SSESSMENTS.COM bahwa pasar PE Asia Tenggara menunjukkan pergerakan yang serupa. Di Thailand, penawaran HDPE Film lokal dan kargo LLDPE Film C4 dari seorang produsen lokal meningkat sebesar THB1.000/ton ($32/ton) sementara untuk kargo LDPE Film, penawaran dari produsen itu tercatat stabil hingga menguat sebesar THB1.000/ton ($32/ton). Semua dibandingkan dengan pekan lalu. Sumber pasar menyatakan bahwa penyesuaian naik ini didukung oleh pasokan yang terbatas dari pihak produsen serta harga monomer yang kuat. Meskipun ada kenaikan harga, beberapa trader masih menjual kargo HDPE Film dan LLDPE Film C4 lokal pada tingkat yang sama dengan penawaran pekan lalu karena mereka masih memiliki kargo yang sebelumnya dibeli dengan biaya lebih rendah. Demikian juga, produsen utama polyolefin Filipina juga menerapkan penyesuaian naik sebesar PHP1.000/ton ($20/ton) dari pekan lalu untuk grade HDPE Blow Molding, HDPE Film, dan LLDPE Film C4. Sementara itu di Malaysia, penawaran untuk kargo PE lokal di semua grade masih tersedia pada harga antara MYR3.580-4.250/ton ($837-994/ton) dalam tunai atau kredit 30 hari, dalam basis FD Malaysia, dan belum termasuk 6% SST. Informasi terperinci untuk pasar Indonesia dan Vietnam tersedia di WeeklySSESSMENTS masing-masing negara.
Dari pasar impor, penawaran untuk pengiriman bulan Juli untuk LLDPE Film C4 dari seorang produsen Saudi ke Malaysia berada pada harga $830/ton, yang merupakan $80/ton lebih tinggi dari bulan lalu. Sumber pasar mengungkapkan kepada SSESSMENTS.COM bahwa para pembeli mengajukan tawaran pada harga $40/ton lebih rendah dari tingkat penawaran awal. Namun, produsen itu menjawab bahwa tingkat tawaran tersebut terlalu rendah dan bertanya apakah penawaran pada harga $800.ton akan dapat diterima. Dengan demikian, para pembeli mengajukan kembali tawaran seharga $800/ton, namun sejauh ini belum ada respons dari produsen tersebut. Semua penawaran dalam LC at sight, basis CIF Pelabuhan Utama Malaysia. Sementara untuk pasar Filipina, penawaran untuk kargo mLLDPE C6 impor asal Singapura tercatat berada pada harga $40/ton lebih tinggi dibandingkan dengan penawaran pada akhir bulan Mei. Sumber pasar menambahkan bahwa penawaran dipertahankan berada di atas level $1.000/ton dengan alasan pasokan yang terbatas serta harga monomer yang menguat. Namun demikian, penawaran itu dianggap terlalu tinggi dan belum ada kesepakatan harga yang dicapai.
Menurut sumber pasar yang melaporkan kepada SSESSMENTS.COM, tidak ada peningkatan yang signifikan dalam hal permintaan PE yang terlihat di pasar Asia Tenggara. Di Thailand, permintaan yang lambat dipengaruhi oleh penjualan yang lambat untuk produk jadi karena permintaan yang lancar hanya tercatat dari sektor pengemasan makanan. Dengan demikian, para pembeli mempertahankan pembelian dalam jumlah terbatas karena harga yang tinggi juga, sementara beberapa yang lain sudah memiliki persediaan yang mencukupi. Sumber pasar menambahkan bahwa situasi pasar di Malaysia juga tidak jauh berbeda; penjualan untuk produk jadi masih tetap lambat. Sedangkan di Filipina, faktor utama yang menghambat kegiatan perdagangan adalah kurangnya tenaga kerja yang berasal dari angkutan umum yang terbatas karena jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi masih tetap tinggi. Dari sisi pasokan, ketersediaan kargo PE di pasar Asia Tenggara umumnya terbatas, terutama untuk bahan-bahan lokal.
Berkenaan dengan prospek, pelaku pasar Asia Tenggara berpendapat kepada SSESSMENTS.COM bahwa ada kemungkinan harga PE lokal meningkat lebih lanjut. Penawaran untuk pengiriman bulan Juli dari Malaysia diperkirakan akan diumumkan pekan depan dengan penyesuaian naik sebanyak MYR200/ton ($47/ton). Namun, para pembeli kemungkinan besar akan menunjukkan penolakan terhadap penawaran itu karena permintaan aktual untuk produk akhir masih tetap lambat, karena itu, permintaan mungkin akan melambat begitu aktivitas isi ulang selesai. Selain itu, di Filipina, pemerintah cenderung tidak melonggarkan pembatasan untuk transportasi umum karena jumlah kasus Coronavirus masih tetap tinggi.