Banyak Faktor Mencegah Harga PP Indonesia Untuk Jatuh, Para Pemain Pasar Khawatir Tentang Prospek Permintaan
- Penawaran PP lokal bergerak ke arah yang berbeda-beda, sementara penawaran impor masih tetap melejit
- Pertamina Indonesia menghentikan aktivitas produksi di pabrik PP miliknya sejak hari Jumat lalu, tanggal 26 Juni
- Para pemain pasar memperkirakan penyesuaian naik pada harga PP lokal karena beberapa alasan
SSESSMENTS.COM mencatat, banyak faktor yang dapat mencegah harga PP Indonesia untuk jatuh pada beberapa hari yang akan datang, namun para pemain pasar khawatir tentang prospek permintaan. Pada tanggal 1 Juli, produsen utama polyolefin Indonesia mengumumkan daftar harga kedua untuk pekan ini dengan penyesuaian naik terutama untuk grade PP Homopolymer dan Copolymer sebesar Rp280.000-290.000/ton ($19-20/ton) dibandingkan dengan daftar harga yang diumumkan pada tanggal 29 Juni. Sementara itu, seorang seorang trader memutuskan untuk mempertahankan penawaran agar stabil untuk PP Homo Injection dan PP Homo Raffia lokal dan berhasil menjual sejumlah volume untuk kedua kargo tersebut pada harga Rp15.200.000/ton ($1.054/ton) dalam tunai, basis FD Indonesia dan belum termasuk PPN 10%, atau sebesar Rp100.000/ton ($7/ton) lebih rendah dari tingkat penawaran awal. Sebaliknya, trader lain menurunkan penawaran mereka untuk PP Homo Injection dan PP Homo Raffia lokal sebesar Rp200.000/ton ($14/ton), dengan alasan penawaran mereka lebih tinggi dibandingkan dengan trader lain. Sementara itu, penawaran untuk PP Homo Injection dan PP Homo Raffia dari produsen PP lokal lainnya melalui para trader sedikit naik sebesar Rp100.000/ton ($7/ton). Untuk kargo localized, penawaran untuk PP Homo Film asal Thailand naik sebesar Rp200.000/ton ($14/ton). Semua perubahan harga berada pada interval mingguan.
Untuk impor, seorang konverter menerima penawaran untuk PP Homo Raffia asal Timur Tengah sekitar $100-120/ton lebih tinggi dari perbandingan bulan ke bulan. Di sisi lain, seorang trader menginformasikan bahwa penawaran untuk PP Homo Raffia impor dari beberapa produsen Saudi naik antara $10-15/ton. Sedangkan dari para pemasok Asia, penawaran untuk PP Block Copolymer impor dari Korea Selatan dan Singapura keduanya naik sebesar $20/ton. Semua dibandingkan dengan level pekan lalu. Menanggapi penawaran saat ini, sebagian besar konverter berpikir bahwa secara keseluruhan penawaran PP impor ke Indonesia tidak dapat dijangkau mengingat harga yang sangat tinggi, jangka waktu pengiriman yang lama, serta fluktuasi mata uang. Selain itu, beberapa konverter juga mengatakan kepada SSESSMENTS.COM bahwa pengadaan bahan impor agak berisiko, apalagi dalam jumlah besar, karena prospek pasar yang buram.
Dibandingkan pekan lalu, permintaan PP di pasar domestik Indonesia dilaporkan stagnan. Tidak ada peningkatan yang diamati karena sebagian besar pembeli terus membeli berdasarkan kebutuhan mereka. Selain itu, permintaan untuk produk jadi belum menunjukkan peningkatan yang signifikan; yang mengarah ke persediaan yang cukup di pihak konverter terutama dengan pencernaan bahan baku lambat. Di sektor produksi, SSESSMENTS.COM mencatat bahwa sebagian besar konverter melaporkan menjalankan aktivitas produksi pada 60-80% dari tingkat normal pekan ini. Di sisi pasokan, pasokan secara keseluruhan untuk PP di sisi para produsen cukup banyak pekan ini, tetapi hal yang sama tidak dapat dijelaskan untuk trader. Dalam berita pabrik, Pertamina Indonesia telah menghentikan aktivitas produksi di pabrik PP sejak hari Jumat, tanggal 26 Juni lalu, karena penghentian yang berasal dari masalah di Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU). Pabrik dengan kapasitas produksi sebanyak 45.000 ton/tahun akan ditutup selama 12 hari dan diperkirakan untuk melanjutkan kembali aktivitas produksi pada tanggal 8 Juli. Karena terjadi penutupan untuk keperluan maintenance, perusahaan akan memotong alokasi untuk para pelanggan kontrak sekitar 2.000 ton, dan tidak ada penawaran spot yang tersedia saat ini.
Mengenai prospek, sebagian besar pelaku pasar yang dihubungi oleh SSESSMENTS.COM percaya bahwa harga PP lokal akan masih tetap stabil atau bergerak naik antara Rp100.000-300.000/ton ($7-21/ton) dari level saat ini yang didukung oleh beberapa faktor seperti nilai tukar mata uang, harga bahan baku yang lebih kuat serta tren naik dalam tren harga internasional. Namun, para pemain pasar agak khawatir tentang prospek permintaan di waktu mendatang di tengah antisipasi gelombang kedua wabah Coronavirus.