Tiga provinsi dan satu kota di Korea Selatan telah mendesak pemerintahan Presiden Moon Jae-in untuk mengajukan tenggat waktu untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara di negara itu. Kota Incheon, serta provinsi Jeollanam, Gangwon, dan Chungnam adalah rumah bagi sebagian besar pembangkit listrik tenaga batu bara Korea Selatan. Wilayah ini juga meminta Seoul untuk bergabung dengan Powering Past Coal Alliance ( PPCA ), yang bertujuan untuk memajukan transisi dari batu bara tanpa henti ke energi bersih.
Pada tahun 2018, Korea Selatan melepaskan 728 juta ton CO 2 setara, menjadikannya penghasil gas rumah kaca terbesar kesepuluh di dunia. Batubara menyumbang 196 TW h atau 36% dari total 36,9 . Korea Selatan GW kapasitas pembangkit listrik terpasang. Negara ini berencana untuk menghentikan sepuluh pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2022 dan 20 lainnya pada tahun 2034. Namun, ia juga memiliki 7,5 GW kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang sedang dibangun.
Negara ini memiliki rencana yang ada untuk mengakhiri pembangkit listrik tenaga batu bara sepenuhnya dan mencapai tingkat karbon nol bersih pada tahun 2050. Negara ini juga bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 35% atau lebih pada tahun 2030 dibandingkan tingkat 2018. Analis memperkirakan penggunaan batu bara di pembangkit listrik Korea Selatan akan turun 40% dari hari ini hingga 2040.