Industri petrokimia di India menghadapi lockdown dan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menahan penyebaran coronavirus. Beberapa pelaku pasar mengatakan kepada SSESSMENTS.COM bahwa mereka memperkirakan penurunan permintaan dan produksi petrokimia dalam beberapa pekan mendatang karena langkah-langkah tersebut. Pemerintah India telah mengkarantina wilayah ibu kota Delhi sejak hari Senin hingga akhir bulan Maret. Beberapa daerah juga menerapkan jam malam sukarela.
Sumber-sumber industri mengatakan kepada SSESSMENTS.COM bahwa IOCL milik negara itu mempertahankan operasi cracker pada tingkat 800.000 ton/tahun di Panipat dan unit hilir yang memproduksi monoethylene glycol (MEG), asam tereftalat murni (PTA), paraxylene (PX), dan polymer. GAIL milik negara itu juga mempertahankan produksi di dua crackernya di Uttar Pradesh dengan kapasitas gabungan 900.000 ton/tahun.
Reliance Industries (RIL) masih menjalankan produksi di cracker-nya di Gujarat dan Maharashtra yang dapat menghasilkan hingga 3,5 juta ton/tahun ethylene. Haldia Petrochemical juga mengoperasikan pabrik cracker dan pabrik hilir berkapasitas 700.000 ton/tahun di Benggala Barat.
Para pelaku pasar memberitahu SSESSMENTS.COM bahwa transportasi dan distribusi produk-produk seperti metanol dan polimer mungkin akan terganggu oleh penutupan bisnis-bisnis yang tidak penting dan penutupan kota-kota besar. Bahan kimia didistribusikan ke 29 negara bagian India melalui transportasi darat. Pemerintah Maharashtra memerintahkan orang untuk bekerja dari rumah dan menutup bisnis di Mumbai, pusat perdagangan petrokimia di India.
Pelaku pasar memperkirakan permintaan metanol melemah dalam beberapa pekan mendatang karena adanya pembatasan meskipun pasokan dari para produsen Iran terbatas. Permintaan polymer juga diperkirakan akan turun karena perlambatan domestik dan depresiasi rupee terhadap dolar AS.