Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh SSESSMENTS.COM saat ini para pembeli Indonesia menghadapi kesulitan untuk mencari bahan PE lokal, namun, mereka masih menunjukkan perlawanan terhadap penawaran impor. Di pasar lokal Indonesia, pasokan untuk PE terbatas. Ketersediaan untuk LLDPE Film C4 merupakan yang paling terbatas, diikuti oleh HDPE Film. Penutupan yang tidak direncanakan di pabrik LLDPE milik Chandra Asri Petrochemical yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 400.000 ton/tahun di Indonesia diduga menjadi salah satu penyebab terbatasnya pasokan. Sejak awal bulan Juni, pabrik tersebut telah ditutup secara tak terduga. Pada hari Senin, tanggal 22 Juni pagi, sumber pasar tersebut mengklaim bahwa produsen itu telah memulai kembali mengoperasikan pabrik tersebut, namun, pada sore hari pabrik itu kembali ditutup. Selain itu, produsen itu masih berjuang untuk menyelesaikan tumpukan pesanan yang belum dikerjakan.
Pasokan yang terbatas dari Chandra Asri Petrochemical menyebabkan pengurangan kuantitas untuk para pelanggan yang berbasis kontrak. Pada kuartal ketiga 2020, produsen tersebut mengurangi volume LLDPE Film C4 untuk para pelanggan kontrak antara 30-40% dari jumlah normal. Akibatnya, Lotte Chemical Titan Nusantara Indonesia menerima banyak permintaan kontrak karena Chandra Asri Petrochemical tidak secara agresif melakukan penawaran ke pasar. Dampak pada para pelanggan kontrak tidak hanya dilihat dari pihak produsen. SSESSMENTS.COM mencatat bahwa rumah dagang lokal terbesar di negara tersebut juga tidak memperpanjang kontrak untuk beberapa pelanggan.
Meskipun mengalami kesulitan untuk mencari bahan lokal, para pembeli Indonesia masih menunjukkan perlawanan terhadap harga impor yang tinggi. Di balik harga bahan baku yang tinggi, para pemasok asing mempertahankan penawaran tetap tinggi dan tidak menyediakan kesempatan untuk negosiasi. Untuk kargo asal Asia Tenggara, penawaran untuk HDPE Film, LDPE Film, dan LLDPE Film C4 asal Thailand masing-masing meningkat sebesar $10/ton, $40/ton, dan $30/ton, dibandingkan dengan pekan lalu. Para pembeli Indonesia mengatakan kepada SSESSMENTS.COM bahwa penawaran untuk LLDPE Film C4 asal Thailand berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara asal yang lain, oleh karena itu, para pembeli tidak tertarik untuk membeli bahan-bahan tersebut karena dianggap terlalu tinggi. Selain itu, produsen tersebut tidak bersedia memberikan kesempatan untuk bernegosiasi karena terbatasnya pasokan yang berasal dari penutupan untuk keperluan maintenance yang akan datang. Untuk kargo asal Filipina, eksportir ulang belum menerima penawaran dari produsen polyolefin tersebut dan penawaran hanya akan tersedia untuk para pelanggan tertentu.
Dari para produsen Timur Tengah, produsen utama polyolefin Saudi menyesuaikan naik penawaran untuk LLDPE Film C4 sebesar $10/ton dibandingkan dengan penawaran pada awal bulan Juni. Sementara itu produsen PE Saudi lainnya melakukan penyesuaian harga yang sangat besar, sebanyak $100/ton untuk HDPE Film dan antara $90-100/ton untuk LLDPE Film C4, semua dibandingkan dengan penawaran untuk pengiriman bulan Juni. Bahkan tawaran yang diajukan pada $10-20/ton lebih rendah dari penawaran awal ditolak oleh pemasok tersebut. Untuk kargo asal AS, SSESSMENTS.COM mencatat bahwa penawaran untuk LLDPE Film C4 naik antara $60-70/ton dibandingkan dengan awal bulan Juni.
Berdasarkan database pasokan dan permintaan SSESSMENTS.COM, PlantsSSESSMENTS dan StatsSSESSMENTS, Indonesia memiliki kapasitas total sebanyak 586.000 ton/tahun untuk HDPE dan 600.000 ton/tahun untuk LLDPE. Pada tahun 2018, konsumsi HDPE Indonesia tercatat 712.000 ton sedangkan LLDPE sebanyak 762.000 ton. Sepanjang tahun tersebut, negara itu mengimpor HDPE sebanyak 394.000 ton dan LLDPE sebanyak 497.000 ton. Negara ini juga mengekspor sejumlah HDPE dan LLDPE, meskipun dalam jumlah kecil, masing-masing 47.000 ton dan 43.000 ton. Untuk LDPE, Indonesia tidak memiliki kapasitas domestik, oleh karena itu hanya mengandalkan bahan impor.