Sebagaimana diinformasikan kepada SSESSMENTS.COM, penawaran untuk kargo HDPE dan LLDPE asal Thailand ke pasar Indonesia kehilangan premi atas Cina. Terkait dengan penurunan drastis pada permintaan PE di Indonesia,seorang produsen PE Thailand menawarkan pada tingkat yang lebih rendah ke Indonesia daripada ke pasar Cina untuk HDPE Film dan LLDPE Film C4. Pada kondisi pasar normal, harga PE ke pasar Asia Tenggara membawa premium dibandingkan dengan penawaran ke Cina. Namun, SSESSMENTS.COM mencatat bahwa saat ini, penawaran HDPE Film yang berasal dari Thailand ke Indonesia adalah antara $70-80/ton lebih rendah dibandingkan dengan penawaran ke Cina. Sementara untuk LLDPE Film C4, penawaran dari produsen Thailand yang sama ke Indonesia sekitar $20-30/ton lebih rendah daripada ke Cina. Produsen Thailand tersebut menawarkan harga yang jauh lebih rendah ke Indonesia karena pergerakan mata uang yang fluktuatif. Pada pekan sebelumnya, nilai tukar tercatat pada level IDR16.700 per Dolar AS dan pada tanggal 8 April, nilai tukar berada pada angka IDR16.200-per Dolar AS. Alasan lain bagi produsen Thailand untuk menawarkan pada tingkat seperti itu ke Indonesia adalah untuk tetap kompetitif karena kargo lokal dan localized ditawarkan dengan harga lebih rendah.
Namun, para pelaku pasar menyatakan pendapat kepada SSESSMENTS.COM bahwa jika mereka melakukan pembelian, ada kemungkinan nilai tukar mencapai Rp20.000 per dolar AS begitu kargo tiba. Oleh karena itu, para pembeli tidak mau mengambil resiko untuk melakukan pembelian baru. Sumber pasar juga menambahkan bahwa level yang dapat diterima saat ini untuk HDPE Film dan LLDPE Film C4 impor asal Thailand adalah di bawah level $700/ton. “Produsen itu memiliki persediaan yang tinggi di Thailand dan sejumlah persediaan di gudang mereka di Jakarta,” kata seorang distributor. Seperti yang dilaporkan pada tanggal 7 April, seorang produsen Thailand melakukan pengurangan harga besar-besaran atas penawaran mereka ke Indonesia. Klik di sini untuk melihat berita tentang perubahan harganya.
Pada tanggal 7 April, ibu kota Indonesia mulai menerapkan pembatasan sosial skala besar sebagai upaya pencegahan dan untuk menahan penyebaran Coronavirus. Selama periode waktu tersebut hanya beberapa kegiatan ekonomi yang diizinkan beroperasi sementara sekolah dan kantor akan ditutup. SSESSMENTS.COM juga mencatat bahwa transportasi umum dan pertemuan massa lainnya akan dilarang. Terkait dengan situasi tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah memperingatkan bahwa jika terjadi penurunan di sektor ekonomi dan masalah Coronavirus bertahan lama, mungkin saja Rupiah Indonesia mencapai Rp20.000 per dolar. Untuk mendanai perjuangannya melawan virus korona dan upaya pemulihan, pemerintah Indonesia menjual obligasi 50-tahun pertama Asia dan kesepakatan itu diselesaikan pada tanggal 6 April.